Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) RI menggelar kegiatan Seminar Ketahanan Nasional dengan tema Ketahanan & Kesinambungan Percepatan Kemandirian Bahan Baku Obat & Vaksin. Seminar yang digelar di Ballroom Puri Ratna, Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta pada tanggal 10 September 2024 ini dihadiri Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, Sekjen Kementerian Perindustrian Eko S.A. Cahyanto dan sejumlah narasumber lainnya yang merupakan stakeholder di bidang kesehatan, diantaranya Bio Farma, BRIN, BPOM, dan Asosiasi Biofarmasi dan Bahan Baku Obat (AB3O).
Seminar ini menjadi penting, melihat selama ini kondisi ketergantungan yang cukup signifikan pada impor bahan baku obat (BBO) yang menjadi tantangan dan harus segera diatasi untuk mencapai kemandirian dalam sektor farmasi. Pandemi COVID-19 telah membuka mata akan pentingnya kemandirian BBO, di mana rantai pasok global terganggu dan mengakibatkan kelangkaan serta lonjakan harga yang berdampak pada ketersediaan obat-obatan penting di dalam negeri. Oleh karena itu, upaya percepatan kemandirian ini harus didukung oleh sinergi antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri, dan sektor kesehatan.
Sekrertaris Jenderal (Sesjen) Wantannas RI Laksdya TNI T.S.N.B Hutabarat menjelaskan, Seminar Ketahanan Nasional tentang Ketahanan dan Kesinambungan Percepatan Kemandirian BBO dan Vaksin ini bertujuan untuk mendiskusikan dan mempromosikan langkah-langkah strategis yang diperlukan dalam mendukung peningkatan ketahanan nasional di bidang kesehatan.
Oleh karena itu lanjutnya, seminar ini dapat menjadi forum yang efektif untuk mencari solusi konkret dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut. Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, industri, dan seluruh pemangku kepentingan, pihaknya optimis bahwa Indonesia dapat mencapai percepatan kemandirian di bidang bahan baku obat dan vaksin.
“Dua keynote speaker kita menyampaikan kunci kunci hal hal yang perlu menjadi perhatian dalam seminar hari ini, intinya adalah kita ingin melakukan suatu ketahanan bagi bahan baku obat dan vaksin,” ujar Sesjen Wantannas, Selasa (10/9).
Sementara itu Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono dalam keterangannya mengakui sebagian besar obat di Indonesia memiliki harga lebih mahal dibandingkan dengan negara tetangga. Menurutnya, hal ini bisa terjadi dikarenakan 90 persen bahan baku obat di Indonesia masih impor, sehingga dibutuhkan penguatan produksi farmasi dan penguatan industri kimia di bahan baku obat. “Kalau BBO bisa diproduksi sendiri maka obat obatan itu bisa lebih murah,” terang Wamenkes.
Ia melanjutkan belajar dari peristiwa pandemi Covid 19 lalu menurutnya industri dalam negeri belum memiliki kesiapan, hingga akhirnya saat ini memiliki kesadaran untuk membangun sebuah resiliensi atau kemandirian agar negara tidak bergantung kepada negara lain.
“Dari 6 transformasi kesehatan, ada namanya transformasi ketahanan kesehatan yang fokusnya salah satu diantaranya adalah mmperkuat BBO, vaksin dan alat kesehatan. Dengan begitu kita berharap di beberapa tahun di masa depan dengan diselenggarakan momen yang sangat istimewa ini oleh Wantannas, akan memberikan estafet kapada pemerintah yang baru agar pengembangan bahan baku obat ini trus berkembang di Indonesia, sehingga kita harapakan kita lebih mandiri dan harga obat bisa lebih terjangkau,” papar Wamenkes.
Di tempat yang sama Sekretaris Jenderal Kemenertian Perindustrian RI Eko S.A. Cahyanto mengapresiasi yang dilakukan oleh Wantannas RI dalam mendorong industri farmasi dan sinergitas antar K/L dalam penguatan kemandirian BBO. Menurutnya, industri BBO sangat penting untuk resiliensi dan peningkatan daya saing. Namun ia menilai perlu terjadi ekosistem industri mulai dari hulu hingga ke hilir.
Ia memahami bahwa industri farmasi dalam negeri masih belum cukup lengkap dan belum memiliki struktur yang memadai. Namun, ia melihat saat ini industri dalam negeri mulai memiliki kemampuan dalam menyediakan dan memproduksi obat obat termasuk vaksin yang dibutuhkan.
“Kedepan dengan kerja sama ini dan tentunya dukungan seluruh pihak terkait pemerintah, badan usaha, dan seluruh stakeholder yang merupakan bagian dari bangsa ini. Kita berharap industri farmasi dan vaksin bisa lebih kuat lagi khususnya trekait dengan BBO baik yang berbasis kimia maupun alam,” imbuhnya.
Sebagai informasi, semua rekomendasi yang telah dihasilkan dalam seminar ini adalah langkah awal yang sangat berharga. Namun, tantangan ke depan memerlukan tindak lanjut yang konkret dan komitmen dari semua pihak, baik pemerintah, industri, maupun akademisi. Wantannas RI berkomitmen untuk terus mendukung inisiatif-inisiatif strategis ini dalam kerangka memperkuat ketahanan nasional.
Diharapkan hasil dari seminar ini dapat segera ditindaklanjuti oleh masing-masing pihak terkait, agar dapat terlihat perkembangan nyata dalam waktu dekat. Wantannas RI akan terus memantau dan memastikan bahwa kemandirian di bidang bahan baku obat dan vaksin dapat segera terwujud untuk kepentingan bangsa dan negara. (Humas/ FP).