Pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2024 yang berlangsung pada Jumat, 16 Agustus 2024, di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato kenegaraan yang mencakup refleksi atas berbagai pencapaian, tantangan, serta harapan untuk masa depan Indonesia. Pidato ini sekaligus menjadi pidato kenegaraan terakhirnya sebelum menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada Presiden Terpilih, Prabowo Subianto, pada 20 Oktober 2024.
Presiden Jokowi menegaskan langkah besar yang telah diambil oleh pemerintah Indonesia dalam meningkatkan produktivitas nasional dan nilai tambah melalui pengolahan sumber daya alam di dalam negeri. Meskipun menghadapi tantangan dari berbagai pihak, termasuk negara lain yang menentang kebijakan tersebut, Presiden Jokowi meyakini bahwa Indonesia akan terus maju. Ia menyebut keberhasilan pembangunan smelter dan industri pengolahan nikel, bauksit, dan tembaga yang telah menciptakan lebih dari 200 ribu lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan negara lebih dari Rp158 triliun selama delapan tahun terakhir.
“Kita juga telah mengambil aset kita kembali yang selama puluhan tahun dikelola oleh pihak asing, seperti Freeport, Blok Rokan, dan Newmont. Alhamdulillah, semuanya itu bisa kita ambil alih kembali,” ujar Presiden, menyoroti keberhasilan pemerintah dalam mengambil alih aset strategis yang sebelumnya dikuasai asing.
Presiden juga menegaskan komitmen pemerintah dalam transisi menuju ekonomi hijau dengan memanfaatkan potensi energi hijau Indonesia yang mencapai lebih dari 3.600 gigawatt. Ia menekankan pentingnya transisi energi yang berkeadilan, terjangkau, dan mudah diakses oleh masyarakat. Dalam bidang teknologi dan digitalisasi, Presiden menjelaskan bahwa peluncuran INA Digital telah mendorong kemajuan signifikan dalam digitalisasi layanan pemerintah dan UMKM.
Selain pencapaian ekonomi, Presiden Jokowi juga mengapresiasi kerja keras seluruh lembaga negara yang telah berperan penting dalam menopang lompatan kemajuan Indonesia. Ia memuji MPR RI, DPR RI, DPD RI, dan lembaga-lembaga lainnya yang telah bekerja sama dengan baik dalam menjalankan fungsinya masing-masing. Presiden juga menyampaikan terima kasih atas sinergi yang kuat antar lembaga negara yang berhasil menyelesaikan berbagai undang-undang strategis.
Namun, di tengah berbagai pencapaian tersebut, Presiden Jokowi dengan penuh kerendahan hati menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh rakyat Indonesia. Ia mengakui bahwa sepuluh tahun masa kepemimpinannya mungkin belum cukup untuk menyelesaikan semua permasalahan bangsa dan menggapai semua harapan masyarakat.
“Sepuluh tahun bukanlah waktu yang cukup panjang untuk mengurai semua permasalahan bangsa. Saya sangat menyadari bahwa sebagai pribadi yang jauh dari kata sempurna, sangat mungkin ada yang luput dari pandangan saya. Sangat mungkin ada celah dari langkah-langkah yang saya ambil. Dan sangat mungkin banyak kealpaan dalam diri saya,” ungkap Presiden.
Presiden Jokowi juga menyinggung cita-cita Indonesia Emas 2045, yang ia yakini dapat tercapai melalui persatuan dan kerja sama seluruh elemen bangsa. Di akhir pidatonya, ia berharap agar semangat gotong royong dan keberlanjutan akan membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih gemilang.
“Izinkan saya menyerahkan semua harapan dan cita-cita masyarakat Indonesia kepada Bapak Prabowo Subianto. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa memberikan petunjuk dan kemudahan bagi bangsa Indonesia dalam kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto pada pemerintahan periode mendatang,” tutup Presiden Jokowi.